Cerita Pendek Terbaru & Menarik
CAHAYA
MALAM
Tomi irawan adalah nama lengkapku, aku yang akan berbagi
cerita mengenai kisah romantis, sebenarnya lebih tepatnya ini kisah tragis. Aku
tinggal di salah satu kota metropolitan di Indonesia, yakni kota Medan, tapi
aku bukan suku batak. Walaupun aku bukan suku batak bukan berarti aku tidak
keras. Orang-orang yang mengenalku memanggilku si gelap, karena aku merupakan
salah satu remaja yang masuk ke dalam kategori liar. Usiaku masih 17 tahun,
tapi hal yang kuhadapi sudah melebihi anak di usia itu. Usia ku ini seharusnya
melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan, namun berbeda
denganku, di usiaku ini, lebih sering kugunakan untuk berkelahi atau mencari
keributan, itulah mengapa aku dipanggil si gelap, gelap dalam hal masa depan
atau lebih tepatnya masa depan suram. Saat pulang sekolah, aku bejalan memasuki
gang menuju rumahku, di pertengahan gang aku berjumpa dengan seorang nenek yang
membongkar sampah di depan rumah tetanggaku, jujur saja walaupun aku bukan
termasuk ke dalam golongan remaja baik, aku punya rasa iba melihat nenek
tersebut, langkahku terhenti. Mataku menatap tajam ke arah nenek tersebut,
nenek rentang tersebut menyadarinya, dan kemudian menatapi penampilanku dari
bawah ke atas, lalu balik lagi dari atas ke bawah, setelah itu dia berkata “
anak sma, kenapa beroyokan begini?, kau pasti tidak menggunakan status mu
sebagai pelajar dengan baik “ (karena pakaianku tidak rapi). Aku menjawab “
nenek jangan sok tahu, jangan terbiasa menilai orang dari penampilan nek, itu
tidak baik kata netizen di sosial media, nenek tahu arti netizen kan? “ ...
nenek itu tersenyum dan menjawab lagi “ nenek juga pernah muda nak, dan sama
sepertimu, tidak memanfaatkan pendidikan dengan baik, disaat duduk dibangku sma
kebiasaan nenek bukan belajar melainkan berkelahi, berpacaran, merebut pacar
teman, dan sekarang beginilah balasan atas tindakan nenek dulu, dari caramu
berpakaian seragam sekolah saja sudah kelihatan, nenek cuman mau berbagi
pengalaman denganmu jangan sampai kau menyesal nantinya seperti nenek”. Nenek
tersebut memukul pundakku kemudian pergi meninggalkanku sambil menyeret-nyeret
sampah dalam keranjang. Setelah terdiam lama karena perkataan nenek tadi, aku
pun melanjutkan langkahku untuk pulang kerumah. Sampai di rumah perkataan nenek
tadi membuatku terdiam lama dikamar, terdiam sambil merenungi nasibku nanti
kedepannya. Sampai malam tiba, aku masih termenung. Hingga di suatu malam
tersebut lampu rumah padam. Hal itu membuat kamarku bahkan semua isi rumahku
menjadi gelap, kemudian aku tersadar dan berkata didalam hati “ gelap, inilah
aku. Tidak kelihatan, tidak disenangi” kemudian tanpa sadar aku menyalakan api
dari mancis yang kupegang, aku memegang pancis karena niatan hati ingin merokok
tadi. Api yang keluar dari mancis tersebut membuatku sadar, bahwa gelap masih
bisa terlihat bila ada cahaya. Walaupun hanya sepercik cahaya yang muncul dari
sebuah mancis, kegelapan yang ada dikamarku tadi terasa bukan sebuah masalah
lagi. Dari situ aku sadar bahwa aku masih bisa memperbaiki diriku, aku si gelap
yang bisa memperbaiki diriku dengan sebuah cahaya. Kalau gelap dikamarku di
beri cahaya oleh sebuah mancis. Lalu gelap diriku bisa dapat cahaya darimana?,
dari mama? Mamaku saja jarang terlihat olehku begitupun ayahku. Kedua orang
tuaku merupakan orangtua yang super sibuk, itulah alasan utama mengapa aku
begini, karena aku butuh perhatian dari mereka. Dari saudara? aku anak tunggal.
Dari pacar? Pacarku jauh lebih gelap dariku. Ahhh ini membuat kepalaku jadi
sakit, akupun bergegas ke kamar mandi, setelah mandi aku tertidur, berharap aku
dapat petunjuk untuk mendapatkan sebuah cahaya dari mimpiku nanti. Aku
memejamkan mata, sambil berkata “ siapakah yang akan menjadi cahayaku ?, aku
butuh cahaya untuk memperbaiki hidupku, untuk menerangi gelapku” dan akupun
tertidur.
by : Wildayanti Harahap
Comments
Post a Comment